Hati seorang daie itu seharusnya lunak.
Lunak dengan didikan rohani, memaksa diri
dengan bermujahadah.
Lunak dengan ujian, yakni redhanya cepat,
secepat saat ia ditimba musibah.
Hatinya begitu teruja menantikan saat
bersendirian dengan Tuhannya.
Bagaimana mungkin kita mahu menyentuh hati
manusia dengan kalam-kalam dakwah sedangkan hati kita belum lagi tersentuh
dengan kalam-kalam dakwah sang daie sebelum daripada kita?
Bagaimana mungkin kita mahu meyakinkan
Islam itu indah, sedangkan hati kita belum lagi merasai lazatnya menjadi hamba
Allah?
Sungguh, sakitnya mujahadah, di hujungnya
ada kemanisan yang hanya difahami bahasa hati.
ps:dari seorang sahabat
No comments:
Post a Comment